Abstract:
satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat diminati, sekali tanam kelapa
sawit dapat dipanen hingga 25 tahun. Panen yang dilakukan dengan menerapkan
ketentuan fraksi akan diperoleh kualitas minyak bagus dengan rendemen tinggi
dan kadar asam lemak bebas yang rendah. Semakin matang tandan, semakin
berpotensi losses akibat bantingan dari pohonnya.
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Socfin Indonesia Kebun Bangun Bandar yang
terletak di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi
Sumatera Utara, berlangsung pada bulan November sampai Desember 2023.
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung (pengumpulan
data primer) dan menggunakan Rancangan Ancak Kelompok (RAK) Faktorial
dengan 2 faktor yaitu tingkat kematangan (asas) dan dua tahun tanam.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan masing-masing
perlakuan terdapat 30 sampel. Analisis rendemen CPO dengan 3 sampel tandan
pada setiap perlakuan jadi total sampel 12 tandan. Hasil pengamatan diolah
dengan Analysis Of Variance (ANOVA), kemudian jika berbeda nyata dilanjutkan
dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) (5%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan panen berpengaruh
nyata terhadap jumlah brondolan sebelum dan sesudah diegrek. Pada tingkat
kematangan 5-10 brondolan, jarak lontaran brondolannya 254,1 cm, lebih tinggi
dibandingkan tingkat kematangan 1-4 brondolan yang hanya sejauh 175,4 cm.
Tingkat kematangan 1-4 brondolan memerlukan waktu pengutipan lebih cepat,
potensi losses lebih rendah, namun persentase losses lebih tinggi dibandingkan
tingkat kematangan 5-10 brondolan. Sedangkan pada perlakuan tahun tanam,
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah brondolan sebelum dan sesudah diegrek
serta waktu kutip brondolan. Tinggi bantingan pada tahun tanam 2010 adalah 7,6
m, lebih tinggi daripada tahun tanam 2014 yang hanya 6,2 m. Potensi losses pada
tahun 2010 lebih tinggi, tetapi persentase losses lebih rendah dibandingkan tahun
tanam 2014. Tidak ada pengaruh nyata pada interaksi perlakuan terhadap masingmasing
parameter. OER (Oil Extraction Rate) tertinggi diperoleh pada interaksi
tahun tanam 2010 dan 2014 dengan tingkat kematangan 5-10 brondolan.